Jumat, 16 Desember 2011

Sikap motivasi dan mawas diri

Sikap Motivasi dan Mawas Diri
Jika kita tau siapa diri kita,darimana berasal,untuk apa hidup didunia,setelah itu mau kemana lagi melangkah/melanjutkan hidup,rasanya jika tiap diri ini sadar akan semua hal itu tak akan banyak kita temui keluh kesah dalam menjalani kehidupan ini.
Kehidupan ini sendiri adalah pemberian dari Sang Maha Pemberi. Saat kita dilahirkan ke dunia ini, kita pun mendapat pemberian kasih sayang dari orang tua. Bayangkan jika kita lahir tanpa ada orang yang memberi kasih sayang itu, niscaya kita tak kan ada sampai saat ini. Semua hal yang kita manfaatkan dalam hidup ini adalah pemberian(taken for granted). Apa yang diberikan itu tanpa pamrih. Tanpa mengharap balasan.
Saat ini kita telah dewasa, atau lebih dari kata dewasa itu sendiri. Sudah saatnya untuk tidak hanya menerima, tapi memberi. Memberi apa yang kita punya dan kita sanggup untuk memberikannya. Tidak perlu muluk-muluk, hal-hal yang sederhana saja. Memberikan senyuman ke orang yang berpapasan dengan kita, memberikan kasih sayang dan perhatian ke orang tua kita. Membuatkan minuman mungkin, memberikan salam saat pergi ataupun pulang, atau juga memberikan ciuman di tangan beliau.

Motivasi
Kata motivasi semakin sering digunakan akhir-akhir ini. Baik itu di buku-buku populer, seminar-seminar atau lainnya, terutama dalam hal yang menyangkut pengembangan diri. Apa sebenarnya motivasi itu, dari mana dan kenapa perlu motivasi terutama dalam pengembangan diri? Bila anda mempunyai keinginan, maka anda perlu motivasi untuk memanifestasi keinginan tersebut. Hanya dengan afirmasi atau niat, tanpa motivasi, belum cukup untuk mewujudkannya.
“Saya bermotivasi tinggi untuk memperbaiki diri sendiri” sebuah contoh kalimat yang digunakan untuk menaikkan motivasi pada diri kita sendiri, untuk sesuatu yang kita inginkan. Jadi apa sebenarnya motivasi itu?
Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar terwujud. Motivasi adalah sebuah energi pendorong yang berasal dari dalam kita sendiri.
Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar terwujud. Energi pendorong dari dalam agar apapun yang kita inginkan dapat terwujud. Motivasi erat sekali hubungannya dengan keinginan dan ambisi, bila salah satunya tidak ada, motivasi pun tidak akan timbul.
Banyak dari kita yang mempunyai keinginan dan ambisi besar, tapi kurang mempunyai inisiatif dan kemauan untuk mengambil langkah untuk mencapainya. Ini menunjukkan kurangnya enrgi pendorong dari dalam diri kita sendiri atau kurang motivasi.
Motivasi akan menguatkan ambisi, meningkatkan inisiatif dan akan membantu dalam mengarahkan energi kita untuk mencapai apa yang kita inginkan. Dengan motivasi yang benar kita akan semakin mendekati keinginan kita.
Biasanya motivasi akan besar, bila orang tersebut mempunyai visi jelas dari apa yang diinginkan. Ia mempunyai gambaran mental yang jelas dari kondisi yang diinginkan dan mempunyai keinginan besar untuk mencapainya. Motivasilah yang akan membuat dirinya melangkah maju dan mengambil langkah selanjutnya untuk merealisasikan apa yang diinginkannya.

2.1 Kelompok teori : komponen dari motivasi
Cukup banyak teori yang menjelaskan motivasi dari sudut strukturalnya, akan tetapi kita akan melihat sebagai ilustrasi, hanya dua teori yaitu : ‘Teori Peringkat kebutuhan’ dari Abraham Maslow dan Teori Terpancar’ dari David Mc Clelland D

(1) Teori Peringkat Kebutuhan’ dari Abraham Maslow
Maslow mengutarakan bahwa pada dasarnya tingkah laku manusia ( termasuk belajar), didorong oleh kebutuhan yang orang tersebut pada saat itu. Jadi, seseorang melakukan sesuatu karena pada saat itu ia menghayati sangat keku rangan (depriviation) salah satu kebutuhannya, yang akan terpenuhi oleh kelakuan tersebut.; dan dorongan ini disebut ‘D-motive’
Selanjutnya, kebutuhan manusia tersebut digolongkan Maslow kedalam enam tingkatan 1 , yaitu :
1) Kebutuhan fisiologik ( makanan, air, udara, dst);
2) Kebutuhan rasa aman ( bebas dari rasa takut, cemas, tertekan,dst);
3) Kebutuhan Bersosial ( berteman, mencintai dan dicintai, dst),
4) Kebutuhan Pengakuan - self Esteem ( dihargai,diakui prestasinya, reputasinya,dst);
5) Kebutuhan aktualisasi diri ( untuk mejadi yang ia bisa menjadi) dan
6) Kebutuhan Kognitif ( kebutuhan untuk memutahirkan diri).
Lebih lanjut keenam kelompok kebutuhan tersebut bersifat hirarkhis. Artinya kebutuhan paling dasar ( fisiologik) dihayati dan terpenuhi pada batas minimalnya, barulah terhayati kebutuhan hirarkhi berikutnya ( rasa aman) . Hanya ketika kebutuhan rasa aman tersebut terpenuhi pada ambang bawahnya, barulah muncul kebutuhan dengan hirarkhi di atasnya lagi ( sosial) , demikian seterusnya hingga kebutuhan aktualisasi diri. Pada saat orang mulai beraktualisasi, maka ia akan menyadari adanya kekurangan informasi atau skill yang diperlukan untuk melanjutkan aktualisasinya, maka muncul-lah kebutuhan kognitif, yaitu menambah dan meng-‘updated’ hasil belajarnya . Setelah mengisi kognitifnya, maka yang bersangkutan akan kembali ke kebutuhan dasar, tetapi bukan dalam dorongan kekurangan, tetapi dalam dorongan keperluan, yang Maslow sebut sebagai B-motive atau Beta motive.
Jadi menurut teori Maslow, orang perlu belajar untuk bisa ‘survival’, dan apabila mau berkembang, mau belajar menjadi ( beraktualisasi) , maka manusia akan terdorong untuk belajar menjadi.

(2) Teori Terpancar’ dari David Mc Clelland
Mc Clellland, dalam penelitiannya di beberapa negara maju, menjumpai bahwa kemajuan negara tersebut sebenarnya dipicu oleh sejumlah kecil ( sekitar 2 %) orang yang mempunyai profil motive tertentu. Profil motivasi mereka sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka menjadi entrepreneur, karena mereka memiliki ‘mind-set / jiwa entrepreneurship’ , yang menurut Mc Clelland bisa dilatihkan.
Motivasi manusia dibedakan Mc Clelland dalam 3 macam, yaitu motive pencapaian
( achievement), motif keakraban ( Affiliation) dan motive kekuasaan ( Power). Setiap manusia memiliki ketiga motive ini, hanya saja dalam konfigurasi yang berbedabeda. Ada orang yang motivasi achievementnya tinggi, motivasi affiliasinya rendah, dan motivasi Powernya tinggi; tetapi ada pula orang yang motivasi achievementnya tinggi, motivasi affiliasinya sedang, dan motivasi Powernya rendah, dsbnya. Kemudian Mc Clelland menemukan ciri-ciri orang dengan masing-masing konfigurasi tersebut. Lebih lanjut setiap profesi atau pekerjaan membutuhkan profil/konfigurasi motivasi tertentu.

2.2 Kelompok teori : proses motivasi
Dari teori motivasi yang menjelaskan proses, kita tinjau dua teori saja sebagai ilustrasi,
yaitu : Teori harapan - ’expectancy theory’ dari V. Vroom dan teori Penguat – ‘Re
inforcement theory’ dari B.F.Skinner.

(1) Teori harapan - ’expectancy theory’ dari V Vroom
Vroom merumuskan Motivasi sebagai perkalian anatara ‘expectancy’, yaitu persepsi individu tentang kemampuan atau kemungkinannya mencapai sasaran. Dan ‘valence’, nilai yang dilekatkannya pada keluaran atau imbalan yang akan ia peroleh.. Lebih lanjut, kondisi ini hanya berlaku bagi mereka yang memiliki “internal locus of control”, dimana mereka yakin dapat mengontrol pencapaian tujuan mereka.; akan tetapi tidak berlaku bagi mereka yang “external locus of control”

(2) Teori Penguat – ‘Re inforcement theory’ dari B.F.Skinner
Teori ini disebut juga Stimulus Respons theory; karena menurut teori ini stimulus yang datang pada individu, akan membuat individu memberi respons, dan respons ini akan mempunyai konsekwensi atau penguat ( Consequences /reinforcement ). Penguat ini bermacam-macam, yaitu: penguat positif, yang akan memperkuat terulangnya respons ; penguat menghindari, penguat negatif; penguat yang sifatnya mengurangi dan hukuman yang juga merupakan penguat negatif. Lebih lanjut, kemunculan penguat ada yang berkelanjutan, artinya setiap respon muncul, begitu juga penguat. Ada juga yang membutuhkan interval waktu.. Yang membutuhkan sela waktu ini, beberapa macam anatara lain : penjadwalan sela tetap (‘fixed interval’); penjadwalan sela tidak teratur (‘variable interval’); penjadwalan rasio tetap (‘fixed ratio’) dan penjadwalan rasio tidak teratur (‘variable ratio’)

2.3 Kelompok teori : motivasi dalam aplikasinya
Berikut adalah dua teori aplikasi motivasi sebagai ilustrasi, yaitu teori Covington yang dikenal sebagai teori diri berharga - ‘Self-worth theory of achievement dan teori Ames dengan struktur tujuan sebagai sistem motivasi.



(1) ‘Self-worth theory of achievement’ dari Covington
Covington melihat ‘performance’ merupakan hasil perpaduan dari kemampuan – ability yang dimiliki seseorang dengan upaya –effort yang dikeluarkannya untuk melakukan pencapaian. Selanjutnya performance ini akan berpengaruh pada penghayatan diri berharga ( ‘self worth’) , yang pada gilirannya akan menambah penghayatan kemampuan dan upaya, sehingga semakin baik lagi performancenya, dst kita melihatnya sebagai termotivasi .

(2) “Goal Structure as Motivational System’, dari Ames
Ames melihat ada kaitan yang erat antara struktur tujuan –Goal Structure dengan system motivasi - Motivational System Tujuan yang mengarah pada kerja sama –cooperative, berkaitan erat dengan sistem motivasi yang didasarkan pada moralitas. Sedangkan tujuan yang bersifat competitive, akan mendorong sistem motivasi yang bersifat egoistik. Sementara tujuan yang arahnya individualistic akan berkaitan dengan sistem motivasi yang menekankan penguasaan-mastery.
Demikianlah kita telah sepintas lalu melihat-lihat inti enam teori motivasi, semoga Anda mempunyai sedikit orientasi , dan insight bahwa teori tentang motivasi amat beraneka ragam tergantung dari sudut mana kita memandang. Yang mana yang baik? Setiap teori memiliki kelemahan dan kekuatannya masing-masing. Nampaknya untuk keperluan tertentu selalu ada teori yang paling sesuai. Seperti disampaikan sebelumnya bagian 2 ini hanya sebagai ‘window shopping’. Bila suatu saat Anda memerlukan , Anda dapat mendalami teori yang Anda perlukan.
Bersikap Mawas diri
Telah kita bahas dalam modul MD-02 bahwa otak menyimpan semua hasil rekaman pengetahuan dan penghayatan kita dalam memory-nya. Apabila karena satu dan lain hal kita sempat keliru belajar menjadi ’tidak mampu, tidak berdaya, tidak bias belajar’, maka langkah yang perlu dilakukan adalah merombak hasil belajar tersebut- ’delearning’ dengan cara memutahirkan (up-dated) selalu mind-set kita ( ingat kembali modul MD-01) Kembali berdialog dengan diri Anda, dari mana datangnya pikiran tersebut, lalu mutahirkan ( teknik Stop pikiran lama-ganti dengan pikiran baru)
Salah satu sikap mawas yang perlu dijaga adalah mawas akan kosakata yang Anda ungkapkan baik ke diri maupun ke luar. Kosa-kata yang Anda pakai mencerminkan siapa Anda tetapi juga membentuk diri Anda. Sebagai ilustrasi, apabila kita belum berhasil menguasai suatu mata kuliah, kosakata apakah yang kita keluarkan ( bersuara ataupun dalam hati ?) .............. ” Ah memang saya tidak mampu” , ”ah memang bukan jurusan pilihanku”, ” Dosennya tidak becus menerangkan”, ” Sialan, apa sih gunanya belajar ini semua”, dst dst. Apabila kosakata itu yang keluar, maka bisa dipastikan Anda kehilangan kesempatan termotivasi. Mengapa tidak seperti Thomas Edison, ketika ia masih selalu gagal menghasilkan nyala bola lampunya, ia menagatakan bahwa ”semua upaya yang belum menghasilkan ini merupakan prasarat untuk munculnya nyala pertama dari bola lampunya ”. Pada akhirnya kita tahu kosakatanya betul, dan sekarang kita menikmati hasil jatuh bangunnya.

0 komentar:

Posting Komentar