Rabu, 14 Maret 2012

Metode Induktif dan Deduktif

Metode Induktif dan Deduktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Contoh :
• Jika dipanaskan, besi memuai.
• Jika dipanaskan, tembaga memuai.
• Jika dipanaskan, emas memuai.
• Jika dipanaskan, platina memuai.
• Jika dipanaskan, logam memuai.
• Jika ada udara, manusia akan hidup.
• Jika ada udara, hewan akan hidup.
• Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
• Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
Metode berpikir deduktif adalah: metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh:
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Paragraf deduktif - induktif adalah paragraf yang dimulai dari pernyataan yang bersifat umum disusul dengan pernyataan yang bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Letak kalimat utama paragraf ini ada di awal dan akhir paragraf. Pola paragraf ini adalah umum - khusus - umum. Kalimat utama yang ada di akhir paragraf bersifat penegasan kembali dengan susunan yang agak berbeda.
Berikut ini adalah contoh-contoh paragraf deduktif - induktif :
Contoh 1
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingginya kolesterol merupakan faktor resiko yang paling besar seseorang untuk menderita penyakit jantung kororner. Sebenarnya banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kolesterol, tetapi yang dianggap paling besar perannya dalam masalah tersebut adalah tingginya konsumsi lemak serta kandungan konsumsi asam lemaknya. Dalam hal ini, minyak goreng merupakan sumber utama lemak yang tidak baik. Dengan demikian, kolesterol merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.
Contoh 2
Siswa kelas VI belajar untuk menghadapi ujian dua bulan yang akan datang. Mereka sangat berkonsentrasi pada pelajaran yang diberikan oleh Ibu guru. Tampak situasi kelas lebih tenang. Keteangan kelas mereka bukan berarti sunyi dan sepi, tetapi suasana kelas mereka hidup, yaitu timbulnya tanya jawab tentang pelajaran yang sedang dibahas. Suasana yang hidup ini benar-benar membangkitkan semangat guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Juga suasana yang hidup itu menimbulkan kesungguhan para siswa dalam belajar. Suasana giat belajar itu dilakukan dan diciptakan siswa kelas VI dalam menghadapi ujian yang sudah diambang pintu
Contoh 3
Chairil Anwar terkenal sebagai penyair. Ia disebut penyair yang membawa pembaharuan dalam puisi. Ada yang mengatakan dia sebagai seorang individualis. Ada yang menilai bahwa ia seorang yang kurang bermoral dan plagiat karena ada sebagian kecil dalam gubahannya merupakan jiplakan dari puisi asing. Dalam sajak-sajaknya yang dikumpulkan dalam "Deru Campur Debu" memperlihatkan adanya perbedaan bentuk, corak, gaya, dan isi. Tanggapan orang terhadap Chairil berbeda-beda. Namun, bagaimanapun ia tetap seorang penyair besar yang membawa kesegaran baru dalam bidang puisi pada 1945
Contoh 4
Di dalam memutuskan suatu kebijakan, presiden sebagai kepala negara dan sebagai kepala pemerintahan sangat membutuhkan pertimbangan dan nasehat dari seseorang atau sekelompok orang. Tujuannya ialah agar kebijakan yang diputuskannya sesuai dengan prinsip hukum, demokrasi, pemerintahan yang baik untuk mencapai tujuan negara. Para pendiri bangsa ini menyadari akan kebutuhan presiden mengenai hal itu. Oleh karena itu, Undang - Undang Dasar kitamengamanatkan untuk emmbentuk suatu dewan yang bertugas untuk itu. Yang penting adalah kebutuhan presiden akan pertimbangan dan nasehat dari pihak lain dapat terpenuhi sehingga ia tidak menyalahi peraturan yang ada.
Contoh 5
Peningkatan taraf pendidikan para petani sama pentingnya dengan usaha peningkatan taraf hidup. Petani berpendidikan cukup dapat mengubah sistem pertanian tradisional, misalnya bercocok tanam hanya memenuhi kebutuhan pangan, menjadi petani yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup, mampu memberikan umpan balik yang setimpal terhadap gagasan-gagasan yang dilontarkan perencana pembangunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. itulah sebabnya peningkatan taraf pendidikan para petani dirasakan sangat mendesak.

Pendekatan Induktif dan Deduktif

Pendekatan Induktif dan Deduktif
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus (going from the general to the specific).

Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum (going from specific to the general).

Perbedaan Pendekatan Deduktif dan Induktif
Teori normatif (normative theory) menggunakan pertimbangan nilai (value judgement) yang berisi satu atau lebih premis menjelaskan cara yang seharusnya ditempuh. Sebagai contoh, premis yang menyatakan bahwa laporan akuntansi (accounting reports) seharusnya didasarkan kepada pengukuran nilai aset bersih yang bisa direalisasi (net realizable value measurements of assets) merupakan premis dari teori normatif. Sebaliknya, teori deskriptif (descriptive theory) berupaya untuk menemukan hubungan yang sebenarnya terjadi.
Meskipun terdapat pengecualian, sistem deduktif umumnya bersifat normatif dan pendekatan induktif umumnya berupaya untuk bersifat deskriptif. Hal ini karena metode deduktif pada dasarnya merupakan sistem yang tertutup dan nonempiris yang kesimpulannya secara ketat didasarkan kepada premis. Sebaliknya, karena berupaya untuk menemukan hubungan empiris, pendekatan induktif bersifat deskriptif.

Salah satu pertanyaan yang menarik adalah apakah temuan riset empiris dapat bebas nilai (value-free) atau netral karena pertimbangan nilai sesungguhnya mendasari bentuk dan isi riset tersebut. Meskipun riset empiris berupaya untuk deskriptif, penelitinya tidak mungkin sepenuhnya bersikap netral dengan dipilihnya suatu permasalahan yang akan diteliti dan dirumuskannya definisi konsep yang terkait dengan permasalahan tersebut.

Perbedaan yang lebih mencolok antara sistem deduktif dan induktif adalah: kandungan atau isi (contents) teori deduktif kadang bersifat global (makro) sedangkan teori induktif umumnya bersifat partikularistik (mikro). Oleh karena premis sistem deduktif bersifat total dan menyeluruh maka kesimpulannya pasti bersifat global. Sistem induktif, karena didasarkan kepada fenomena empiris umumnya hanya berfokus kepada sebagian kecil dari fenomena tersebut yang relevan dengan permasalahan yang diamatinya.Meskipun pembedaan antara sistem deduktif dan induktif bermanfaat untuk maksud pengajaran, dalam praktek riset pembedaan ini seringkali tidak berlaku. Dengan kata lain, keduanya bukanlah pendekatan yang saling bersaing tetapi saling melengkapi (complementary) dan seringkali digunakan secara bersama. Metode induktif bisa digunakan untuk menilai ketepatan (appropriateness) premis yang pada mulanya digunakan dalam suatu sistem deduktif.

Tahapan Penelitian

Langkah tahapan penelitian. Ada sebuah istilah yang disebut “Jam Gelas“. Istilah ini memberikan gambaran gagasan atau langkah dalam penelitian. Langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Sebuah penelitian diawali dengan pertanyaan yang umum/luas. Cakupannya secara global.
b. Dari pertanyaan yang umum tadi, pertanyaan selanjutnya dipersempit untuk mendapatkan sesuatu yang lebih spesifik.
c. Fokus dalam mengoperasionalkan penelitian.
d. Melakukan observasi.
e. Dari hasil observasi dialakukan analisa data.
f. Hasil analisa data dapat memberikan suatu kesimpulan.
g. Setelah diperoleh kesimpulan dari penelitian, kita kembalikan ke pertanyaan penelitian di awal. Apakah kesimpulan yang diperoleh telah menjawab pertanyaan penelitian. Jika kesimpulan belum dapat menjawab pertanyaan penelitian, maka langkah riset yang dilakukan dianggap gagal. Dan begitu juga sebaliknya, hendaknya suatu kesimpulan adalah solusi dari pertanyaan penelitian.

Rumusan Masalah
Pemilihan masalah penelitian merupakan tahap yang penting dalam melakukan penelitian, karena pada hakekatnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah penelitian. Kesalahan merumuskan masalah penelitian akan mempengaruhi pada hasil penelitian. Perumusan masalah dapat dilakukan dengan melakukan pengumpulan data awal melalui telaah literatur dan survei serta observasi dalam rangka menemukan masalah. Salah satu cara untuk membuat perumusan masalah yang baik ialah dengan melakukan proses penyempitan masalah dari yang sangat umum menjadi lebih khusus dan pada akhirnya menjadi masalah yang spesifik dan siap untuk diteliti.

KRITRIA PEMILIHAN MASALAH
Kriteria dalam melakukan pemilihan dan perumusan masalah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Masalah yang diangkat merupakan masalah yang menarik untuk diteliti. Masalah dikatakan menarik untuk diteliti jika masalah memiliki kontribusi yang signifikasi terhadap teori maupun praktis.
Signifikansi terhadap teori maksudnya adalah :
• Hasil penelitian memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan. Hasil penelitian dapat memverivikasi teori atau membangun teori.
• Pihak yang terkait dan tertarik bidang penelitian si peneliti mengakui bahwa penelitian tersebut merupakan penelitian yang penting untuk dilakukan
• Hasil penelitian layak untuk dipublikasikan

1. Masalah dapat dirumuskan secara jelas dan tidak bermakna ganda (ambiguity). Masalah dapat dinyatakan dalam bentuk pernyataan penelitian atau dengan pertanyaan penelitian. Bentuk pertanyaan penelitian lebih umum digunakan daripada bentuk pernyataan penelitian.

1. Masalah tersebut dapat diuji melalui pengumpulan dan analisis data Masalah harus dapat diuji dengan menggunakan metode empiris, yaitu dimungkinkan adanya pengumpulan data yang akan digunakan sebagai bahan untuk menjawab masalah yang sedang diteliti.

1. Masalah yang dipecahkan sesuai dengan waktu dan biaya yang tersedia Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab oleh seorang peneliti jika ingin mengetahui kelayakan masalah yang dipilih: 1) apakah masalah tersebut dalam jangkauan peneliti? 2) apakah peneliti mempunyai cukup waktu untuk melakukan penelitian dengan persoalan tersebut? 3) apakah peneliti dapat mengakses data akan digunakan? 4) apakah peneliti memiliki alasan khusus yang dapat dipercaya untuk memperoleh jawaban dari masalah yang rumuskan? 5) apakah metode yang diperlukan sudah dikuasai?

1. Kemampuan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dirumuskan. Dalam memilih masalah peneliti perlu mempertimbangkan masalah terebut dengan kemampuan pengetahuan dan ilmu yang dimilikinya. Apakah latar belakang peneliti mendukung penelitian yang akan dilakukan.

PERUMUSAN MASALAH
Strategi untuk merumuskan masalah dapat menggunakan pedoman yaitu:
• Perumusan masalah dengan mengeksperisian hubungan antar dua variabel atau lebih
• Masalah dirumuskan secara jelas, Jika perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian maka pertanyaan penelitian itu dapat dipahami.

KESALAHAN UMUM DALAM PERUMUSAN MASALAH
1. Peneliti mengumpulkan data tanpa rencana atau tujuan penelitian yang jelas
2. Peneliti memperoleh data dan berusaha untuk merumuskan masalah penelitian hanya didasarkan data yang ada
3. Peneliti merumuskan masalah penelitian terlalu umum dan ambiguitas yang menyulitkan interpretasi serta pembuatan kesimpulan
4. Peneliti menemukan masalah tetapi tidak melakukan literatur review terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya
5. Masalah yang dirumuskan kurang memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori.

Rabu, 07 Maret 2012

Bahasa Indonesia 2 #

Tema : Penalaran
Struktur :
BAB .1.PENDAHULUAN
BAB.2.LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
BAB.3.METODE PENELITIAN
BAB.4.HASIL PENELITIAN DAN KESIMPULAN
Bab.1.Pendahuluan
1.1 Latar belakang masalah :
Pada dasarnya penalaran merupakan aspek mendasar dalam memahami berbagai masalah yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari – hari,untuk itulah tulisan ini dibuat,agar masyarakat pembaca sekalian mengetahui dengan jelas tujuan dan makna penalaran,agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari terutama dalam aspek penalaran berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bab.2.Pembahasan isi secara keseluruhan
2.1Penjabaran isi secara keseluruhan :
Pengertian Penalaran :
Penalaran disini adalah proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan.
1. Prinsip dan unsur penalaran :
Penulisan ilmiah mengemukakan dan membahas fakta secara logis dan sistematis dengan bahasa yang baik dan benar. Ini berarti bahwa untuk menulis penulisan ilmiah diperlukan kemampuan menalar secara ilmiah
2. Menulis Sebagai Proses Penalaran
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus berpikir, mcnghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya. Dalam bab ini akan dibahas aspek penalaran dalam karangan.
3. Berpikir dan Bernalar
Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu berpikir. Berpikir merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berpikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya pada saat-saat kita melamun. Kegiatan berpikir yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir vang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar.
4. Penalaran lnduktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi.
Penalaran induktif mungkin merupakan generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai sernua atau sebagian dari gejala serupa itu. Di dalam analogi kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala ditarik berdasarkan pengamatan terhadap sejurnlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat.
5. Penalaran Deduktif
Deduksi dimulai dengan suatu premis yaitu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan dasar itu. Artinya apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara tersirat telah ada di dalam pernyataan itu.
6. Penalaran dalam karangan ilmiah
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa suatu tulisan sebagai basil proses bernalar mungkin merupakan basil proses deduksi, induksi, atau gabungan keduanya. Dengan demikian suatu paparan dapat bersifat deduktif, induktif, atau gabungan antara kedua sifat tersebut. Suatu tulisan yang bersifat deduktif dibuka dengan suatu pernyataan/umum berupa kaidah, peraturan, teori, atau pernyataan umum lainnya.
Dalam praktek proses deduktif dan induktif itu diwujudkan dalam satuan–satuan tulisan yang merupakan paragraf. Di dalam paragraf suatu pernyataan umum membentuk kalimat utama yang mengandung gagasan utama yang dikernbangkan dalarn paragraf itu. Dengan demikian ada paragraf deduktif de-ngan kalimat utama pada awal paragraf, paragraf induktif dengan kalimat utama. Proses deduktif dan induktif itu juga diterapkan dalam mengembangkan seluruh karangan. Paragraf-paragrat deduktif dan induktif mungkin dipergunakan secara bergantian, bergantung kepada gaya yang dipilih penulis sesuai dengan efek dan tekanan yang ingin diberikannya. Karya ilmiah merupakan sintesis antara proses deduktif dan induktif, Kedua proses itu terlihat secara jelas
1. Penalaran Induksi :
1.1 Penalaran induksi generalisasi
1.2 Penalaran induksi analogi
1.3 Penalaran induksi sebab-akibat / akibat-sebab
2. Penalaran Deduksi
2.1 Penalaran deduksi dengan satu premis
2.2 Silogisme
2.3 Entimen
2.4 Deduksi yang salah
3. Dengan penalaran kita mudah menarik kesimpulan
Penalaran ada dua macam :
1. Penalaran Induksi :
1.1 Penalaran induksi generalisasi
1.2 Penalaran induksi analog
1.3 Penalaran induksi sebab-akibat / akibat-sebab
2. Penalaran deduksi :
2.1 Penalaran deduksi dengan satu premis
2.2 Silogisme
2.3 Entimen
2.4 Deduksi yang salah
A. Penalaran Induksi
Penalaran induksi adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus. Penalaran induksi dapat digambarkan dalam diagram berikut
1.1. Penalaran Induksi Generalisasi
Pada penalaran ini kita memerlukan fakta-fakta yang bersifat khusus tentu saja memiliki kesamaan, kemudian kita hubung-hubungkan sehingga mendapatkan kesimpulan.
Contoh :
Emas apabila dipanaskan memuai. Perak apabila dipanaskan memuai. Perunggu apabila dipanaskan memuai. Begitu pula dengan besi, alumunium, platina, apabila dipanaskan memuai. Semua jenis logam dipanaskan memuai.
Pengiriman surat permohonan gugatan, jawaban tergugat, replik, duplik, pembuktian, putusan hakim. Hal tersebut merupakan kasus perdata.

1.2. Penalaran Induksi Analogi
Dalam penalaran induksi analogi kita membandingkan dua hal atau lebih yang banyak persamaannya. Kita dapat menarik kesimpulan apabila sudah ada persamaan dalam berbagai segi, akan ada pula persamaan dalam bidang yang lain.
1.3. Penalaran Induksi Sebab-akibat/ Akibat –sebab
Hubungan sebab-akibat mulai dari beberapa fakta yang menjadi sebab yang kita ketahui. Dengan menghubungkan fakta yang satu yang lain dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat dari fakta itu, atau sebaliknya.
Contoh penalaran induksi sebab-akibat :
Korupsi, kolusi, dan nepotisme mengakibatkan reformasi.
Contoh penalaran induksi akibat-sebab :
Setiap umat hidup rukun. Setiap bangsa Indonesia memiliki adat istiadat. Setiap warga Negara berdeda pendapat tetapi satu tujuan. Setiap warga bermusyawarah untuk mufakat. Setiap bangsa Indonesia memperoleh keadilan yang merata. Ini karena pancasila berusaha menjamin hidup di Indonesia.
2. Penalaran deduksi :
1.1 Penalaran deduksi dengan satu premis
Contoh diambil dari surat Ali Imron ayat 185
Kebakhilan dan Dusta serta balasannya
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Siapa pun orangnya dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surge, maka sunggguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.
Paragraf di atas terdiri dari tiga kalimat. Kalimat pertama terdiri dari klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas dapat dijadikan premis :
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Kesimpulan
1. Manusia akan merasakan mati.
2. Hewan akan merasakan mati.
3. Tumbuh-tumbuhan akan merasakan mati.
4. Makhluk hidup akan merasakan mati.
5. Benda mati tidak akan merasakan mati.
6. Bukan makhluk hidup apabila tidak akan merasakan mati.
7. Benda mati sudah pasti mati.

1.1 Penalaran Deduksi dengan dua premis / silogisme.
1.1.1 Silogisme Kategorial
1.1.2 Silogisme Hippotesis
1.1.3 Silogisme Alternatif

Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yagn menghubungkan dua proposisi yang berlainan untuk memperoleh inferensi yang menjadi pernyataan ketiga. Kedua proposisi yang telah ada disebut premis sedangkan proposisi yang dihasilkan dari inferensi disebut konklusi.

Proposisi : Pernyataan
Inferensi : simpulan yang disimpulkan
Konklusi : kesimpulan yang diperoleh berdasarkan metode berfikir induktif atau deduktif
Silogisme positif

Contoh :

PU : Setiap pihak yang mengingkari janji akan mendapat risiko untuk digugat oleh pihak yang
A B
dirugikan.
PK : Si Badu mengingkari janji
C A
K : Si Badu akan mendapatkan risiko untuk digugat oleh pihak yang dirugikan.
C B
PU : Setiap orang yang berkulit hitam yang dikenai tuduhan pembunuhan atas petugas dalam insiden di Amerika Serikat dijatuhi hukuman mati di Philadelpia.
A B
PK : Mumia Abdul Jamal dikenai tuduhan pembunahan atas petugas dalam insiden di AS.
C B
K : Mumia Abdul Jamal dijatuhi hukuman mati di Philadelpia.
C B
E : Munia Abu Jamal dijatuhi hukuman mati di Philadelpia karena ia dikenai tuduhan pembunuhan atas petugas dalam insiden di AS
Silogisme negatif
Contoh :

PU : Setiap penderita diabetes tidak boleh memakana makanan yang banyak mengandung gula.
A ≠ B
PK : Pak Iwan ayahku penderita diabetes.
C ≠ A
K : Pak Iwan tidak boleh memakan makanan yang bnyak mengandung.
C ≠ B

PU : Setiap pengendara bermotor harus memiliki SIM.
A B
PK : Pak Uci bukan pengendara kendaraan bermotor.
C ≠ A
K : Pak Uci tidak wajib memiliki SIM.
C ≠ B
Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya atau keputusan yang kebenarannya berdasarkan syarat-syarat tertentu.
Hipotesis sering seiring dengan reori da kebenarannya diuji lewat penelitian dengan mengumpulkan data empiris berupa fakta-fakta.
Empiris artinya bedasarkan pengalaman terutama yang diperoleh dari penemuan percobaan, pengamatan yang telah dilakukan.
Dalam penelitian teori dan fakta memegang peranan penting. Teori berperan untuk :
1. Mengarahkan penelitian.
2. Merangkum keberadaan fakta.

Fakta berperan untuk :
1. Mempertajam atau memperkuat teori.
2. Menimbulkan teori baru.
3. Menolak teori.
Kesimpulan

Dari penjelasan tersebut pernyataan-pernyataan yang dijadikan premis / proposisi harus merupakan fakta.
Premis harus benar karena proposisi yang benar menghasilkan kesimpulan yang benar. Dan proposisi yang salah menghasilkan kesimpulan yang salah.
Penalaran sebagai cara merumuskan kesimpulan harus melalui latihan. Data / fakta-fakta yang dihubungkan harus dapat dibuktikan kebenarannya, karena penalaran induksi maupun penalaran deduksi termasuk kedalam jenis karangan argumentasi.

DAFTAR PUSTAKA


Firman, M. Bahasa Indonesia 2B dan 2C. Jakarta : PT. Intimedia Cipta Nusantara, 1977.

Kosasih, E. Kompetensi Ketata Bahasaan. Cermat Berbahasa Indonesia. Cetakan 1. Bandung : CV. Yaama Widya, 2002.