Minggu, 27 Februari 2011

Cerita mahasiswa Indonesia yang belajar di mesir

Krisis Mesir menimbulkan rasa ketakutan yang mendalam bagi masyarakat Indonesia yang berada di Mesir. Bukan hanya bagi mahasiswa, namun Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di negara yang berjuluk Ummuddunya (ibu dunia) inipun terkena imbasnya.

Sepanjang terjadinya krisis Mesir, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Mesir tidak menyediakan tempat penampungan khusus bagi Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir). Padahal, kini mereka tengah dilanda ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam.

“Suasana disini benar-benar mencekam. Kami tinggal di rumah konsul dari provinsi masing-masing yang kami sebut ‘rumah kekeluargaan’ sambil menanti kepulangan. Tidak ada tempat penampungan khusus,” ujar salah seorang mahasiswa, Miftahur Rahman El-Banjary, saat dihubungi Waspada Online, tadi malam.

Miftahur kini tinggal di Hay 10 Cairo , sekitar 40 km dari Tahrir Square , pusat demontrasi terjadi. Sebelum terjadi krisis Mesir, pria asal kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini menempati apartemennya di kawasan Dirmalak hadayek Qubba, yang hanya berjarak 1 km dari Tahrir Square.

“Saat itu bunyi tembakan hal yang sering terdengar setiap malam. Saat krisis terjadi, kita seringkali melihat helikopter, bahkan pesawat tempur F-16 melintas untuk patroli. Sepanjang jalur utama Saleh Salim ada sekitar 60 tank berjejer sepanjang jalan hingga Rabea Adaewiah,” katanya menceritakan.

Akibat konflik ini, Miftahur yang sebelumnya aktif menjadi penulis lepas di media Mesir ini kini mesti menunda sidang tesis untuk menyelesaikan gelar master jurusan bahasa dan sastra Arab di Universitas Dual Arabiyah Cairo . Padahal, pelaksanaan sidang tersebut hanya tinggal menghitung hari lagi.

“Karena kondisi, terpaksa harus ditunda. Kebetulan kampus saya hanya berjarak 20 meter dari pusat kejadian. Melihat situasi seperti ini, saya rencanakan pulang dahulu beberapa bulan hingga kondisi relatif aman dan berencana melanjutkan ke jenjang selanjutnya,” tuturnya.                                         

Melalui Waspada Online, Miftahur juga berharap agar Pemerintah RI memperhatikan nasib Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Mesir, kebanyakan diantara mereka adalah wanita, untuk segera dievakuasi  lantaran diusir oleh majikannya. 

“Namun, permasalahannya banyak dari mereka yang tidak memiliki dokumen resmi, seperti paspor. Diharapkan pemerintah dalam hal ini Menteri Tenaga Kerja bisa memperhatikan nasib mereka,” pungkas mahasiswa penulis buku Quantum Motivation at Hypno Quantum Motivation Training ini.

0 komentar:

Posting Komentar